Monday, February 19, 2007


Home at last.

Assalamu'alaikum wrh. wbt.

The flight was memorable, even if I didn't get any shut eye.

I am now in my new favourite house, Baitul Arden (Faiqah/Wafa'), with my favourite kind of music playing outside (raindrops touching the glossy roads).

I am too tired to be much of a writer.

So instead, I will put it some of Habiburrahman El- Shirazy's work here instead. He's the authour of the book an ukhti recommmended, called Ayat-Ayat Cinta. I've stalled from buying the book for quite some time now, but with the recommendation of Ustaz Azhar (and his special discount), I actually did.

And although I already knew the ending, thanks to some thorough browsing at bookstores, I still found it a gripping, intelligent page turner. The Da Vince Code, it most certainly is not.

Although it is rather hard to believe that such a pious yet romantic soul as Fahri exists in this world. But then again, the author DID write the book as the mahar for his bride.

Ah.

Here. Enjoy:

'Juga selama di Cairo, sampai Aisha membukakan purdahnya di rumah Syeikh Utsman. Kuakui ada satu nama yang membuatku selalu bergetar bila mendengarnya, namun tidak lebih dari itu. Aku merasa sebagai seekor pungguk dan seluruh mahasiswi Indonesia di Cairo adalah bulan. Aku tidak pernah berusaha merindukannya. Dan tak akan pernah kuizinkan diriku merindukannya. Kerana aku merasa itu sia-sia. Aku tidak mahu melakukan hal yang sia-sia dan membuang tenaga.

Aku lebih memilih mencurahkan seluruh rindu dendam, haru biru rindu dan deru cintaku untuk belajar dan mentelaah al-Quran. Telah kusumpahkan dalam diriku, aku tak akan membukakan hatiku untuk mencintai seorang gadis kecuali gadis itu yang membukanya. Bukan suatu keangkuhan tapi kerana rasa rendah diriku yang selalu bermain di kepala. Aku selalu ingat aku ini siapa? Anak petani miskin. Anak penjual tapai. Aku ini siapa?

aku adalah lumpur hitam

yang mendebu

menempel di sandal dan sepatu

hinggap di atas aspal

terguyur hujan

terpelanting

masuk longkang

siapa sudi memandang

atau menghulurkan tangan?

tanpa uluran tangan Tuhan

aku adalah lumpur hitam

yang malang

Tuhan telah mengucapkan kun! Lumpur hitam pun dijelma menjadi makhluk yang dianugerahi kenikmatan cinta yang memuncak-muncak dan rindu yang membuak-buak. Seorang bidadari bermata bening telah disiapkan untuknya. Fa bi ayyi allai Rabbikuma tukadziban! Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Di dalam syurga-syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit di dalam rumah.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakh yang kamu dustakan.

(Surah ar-Rahman: 70-73)

P.S:- My dear BananaToffeeCheesecake, I hope you find the passage as inspiring as I do. Hugs!

Labels: , ,

this has been a rant by Syazwina Saw at 1:19 am

0 comments